Pages

  • Home
  • Blog
  • Categories
  • _Beauty
  • _Health
  • _Parenting
  • _Reading
  • _Reviews
  • _Travel
  • About
  • _Who Am I?
  • _Contact

Social Icons

Pitha's Blog | Self Development | Bullet Journal Indonesia

"Traveling with A Purpose" Bersama ASUS Zenbook S UX391UA

January 16, 2019

Review ASUS Zenbook S UX391UA Bahasa Indonesia


Sekitar 6 tahun yang lalu sebelum almarhum simbah kakung saya meninggal, simbah saya berpesan, "Whatever you do, whatever you become, don't forget to be kind." Aslinya beliau ngomongnya pakai Bahasa Jawa sih, soalnya simbah saya nggak bisa Bahasa Inggris, hehe...
"Nduk, kowe meh ngopo wae, meh dadi opo wae, sing penting ojo lali dadi wong kang apik."
Pesan simbah itu selalu saya ingat, bahkan selalu terngiang-ngiang di kepala saya sampai sekarang. Apalagi sejak menjadi seorang ibu, karena saya juga ingin sekali meneruskan pesan tersebut kepada anak saya. Akan tetapi, setiap membuka portal berita di internet, selalu saja ada berita yang enggak-enggak, entah pelajar dirundung temannya, remaja tawuran, dll. Hal-hal seperti itu menjadi kekhawatiran saya, sehingga sejak saya hamil hingga saat ini, saya kadang terbangun dini hari, merasa anxious serta berpikir "Bisa tidak ya, saya membesarkan anak saya jadi orang yang baik, berprinsip dan penuh empati?" (Ibu-ibu yang baca blog ini pasti bisa relate, kan? 😊). Oleh karena itulah, sebisa mungkin saya membaca buku, menonton TedTalk dan mengikuti blog tentang parenting, agar saya bisa membesarkan anak saya dengan sebaik-baiknya.

Suatu hari, saya membaca artikel dari Motherly yang berjudul "I travel with my young kids to build their hearts, not memories," saya pun langsung mencari-cari artikel lain tentang traveling dengan anak beserta manfaatnya. Dari yang saya temukan, menurut sains, traveling membuat orang menjadi menjadi lebih baik dan open minded. Traveling juga membuat anak menjadi lebih smart, lho. Karena itulah, saya ingin sekali mengajak anak saya liburan ke berbagai macam tempat dengan atmosfer yang berbeda, berpetualang bersamanya, bertemu orang-orang dari berbagai macam suku bangsa dan latar belakang budaya yang berbeda dan belajar dari mereka. Untungnya, karena saya work-at-home mom, saya punya banyak waktu untuk mewujudkan semua itu.

Traveling with a purpose


Setelah membaca banyak artikel tentang traveling dengan anak, sejak saya hamil, saya punya cita-cita yang agak nyeleneh: saat anak saya sudah paham dengan sekitarnya, untuk mengisi liburan, saya ingin mengajaknya ke berbagai macam tempat. Loh, nyeleneh-nya di mana? Jadi begini misalnya, minggu ini saya mengajak dia ke waterpark untuk bersenang-senang, minggu depannya saya mengajak dia ke rumah singgah anak penderita kanker atau ke panti asuhan—kenalan dengan anak-anak di sana dan berbagi sedikit yang kami punya. Jadi tidak melulu hanya jalan-jalan untuk having fun.

Karena kebetulan saya tinggal di Bali dan rumah kami kurang lebih hanya 15 menit dari pantai, minggu depannya lagi, saya bisa mengajaknya ke pantai ke acara beach clean-up. Biasanya di acara tersebut, banyak orang dari berbagai negara yang ikut dalam acara ini. Jadi, selain anak saya bisa saya ajarkan untuk menjaga alam, dia sekalian bisa kenalan dengan para peserta lain dan belajar dari mereka. Saya juga ingin mengajak dia ke kebun agrowisata, supaya dia bisa belajar dari mana asal makanan yang dia makan serta menghargai jerih payah para petani, sehingga dia tidak lagi membuang-buang makanan.

Saya juga ingin mengajak dia menjelajahi Indonesia, melihat berbagai macam suku dan kebudayaan mereka. Belajar bahasa daerah mereka, walaupun hanya sekadar sapaan sederhana seperti 'selamat pagi', 'terima kasih' dan 'sampai jumpa'.

Saya ingin mengajak anak saya menjadi volunteer di rumah penampungan kucing atau anjing, memberi makanan dan susu kepada hewan-hewan lucu tersebut—tujuannya untuk belajar menyayangi sesama makhluk hidup dan tidak memperlakukan hewan dengan semena-mena. Di minggu-minggu tertentu, saya hanya ingin bermain bersamanya di rumah, menonton Word Party dan Peppa Pig, membuat bucketlist bersamanya dan... show how I and her Dad love her so much.

Bucketlist kami dari akhir tahun lalu. Sekarang masih bulan Januari, jadi baru segitu. Nanti pasti nambah lagi, hehe...
Salah satu bucketlist anak saya adalah ingin melihat gajah dan singa. Dia tahu gajah dan singa dari kids club yang pernah dia ikuti. Jadi, beberapa minggu yang lalu, saya dan suami saya pun meluangkan waktu untuk mengajak dia ke Bali Zoo. Berhubung jalan-jalan dengan anak itu agak riweuh karena banyak yang harus dibawa, saya pun membawa tas punggung saya. Pagi-pagi saya menyiapkan baju ganti untuk anak saya, cemilan selama di perjalanan, popok, kamera mirrorless dan ponsel lengkap dengan charger-nya. Karena Bali Zoo dekat dengan rumah mertua saya, saya dan suami memutuskan untuk mampir sebentar ke sana. Oleh karena itu, saya juga tidak lupa untuk membawa laptop saya. Rencananya sih saat mampir di rumah mertua, saya mau mengecek sebentar pekerjaan saya, kali aja ada task baru atau ada audit tasks lama, maklum ibu-ibu kerja online jadi nggak bisa lepas dari laptop.

Sesampainya kami di Bali Zoo, kami langsung membeli tiket seharga Rp 150.000/orang (btw, saya dan suami pemegang KTP Bali, saya kurang tahu harga untuk pemegang KTP daerah lain atau KITAS). Kami mendapat tiket masuk, voucher makan dan gelang kertas untuk dipakai sebelum memasuki kebun binatang. Hewan pertama yang kami jumpai adalah rusa, lalu ada juga wallaby—mirip kanguru tapi lebih kecil, ular, otter, ikan arwana, dll. Setelah puas melihat hewan-hewan tersebut, kami berjalan menuju shuttle untuk pergi ke Kampung Sumatera, tempat para gajah. Anak saya kelihatan girang banget saat melihat gajah. Akhirnya ya, salah satu item di bucketlist-nya sudah bisa dicoret. Kami membeli makanan gajah seharga Rp 60.000 yang berisi tebu, wortel, mentimun dan jagung lalu menyuapinya. Sampai sekarang pun, jika saya tanya "Gajah makannya apa?" dia akan menjawab "Jagung dan wortel." Setelah puas melihat gajah, kami makan siang sebentar sambil melihat orangutan. Kemudian naik shuttle untuk pergi ke bagian kebun binatang yang lain untuk melihat singa.

  • Bali Zoo
  • Bali Zoo
  • Bali Zoo
  • Bali Zoo
  • Bali Zoo
  • Bali Zoo


Setelah jam menunjukkan pukul 4 sore, kami memutuskan untuk pulang biar enggak kemalaman, karena kami mau mampir ke rumah kakek dan nenek anak saya. Di rumah mertua saya, suami saya langsung istirahat, anak saya langsung kangen-kangenan sama kakek neneknya dan saya langsung mengeluarkan laptop dari tas saya lalu mengecek pekerjaan saya. Karena tidak ada task baru dan audit, saya pun langsung memindahkan foto dan video yang saya ambil di Bali Zoo. Saya edit foto-foto saya tadi seadanya lalu mengirimkannya ke kakek nenek yang satu lagi yang tinggal di Semarang. Untungnya saya membawa laptop, jadi saat mengedit foto bisa lebih leluasa (karena layarnya jauh lebih besar dari layar ponsel) dan juga lebih cepat.

Awal saya mengenal ASUS


Sebagai seseorang yang bekerja online dari rumah (sebenarnya bisa dari mana saja sih, hehe), blogger kambuhan yang juga hobi bercerita dan ibu yang hobi foto-in anaknya, tentu saja saya butuh sebuah laptop yang bisa mengakomodasi kebutuhan saya. Saya pun membeli sebuah laptop ASUS.

Setelah 7 tahun bekerja di rumah sakit, 2 bulan sesudah melahirkan, saya memutuskan untuk resign.  Saya ingin fokus membesarkan anak saya. Hanya saja, karena saya tetap ingin berpenghasilan sendiri dan tidak mau sepenuhnya bergantung kepada suami, saya pun melamar ke banyak perusahaan yang mempekerjakan remote worker. Sambil menunggu panggilan, saya membuka jasa menulis kaligrafi modern di Fiverr. Karena laptop saya sebelumnya rusak, saya bekerja menggunakan komputer suami saya.

Dua bulan kemudian, saat saya akhirnya diterima bekerja saya memutuskan untuk membeli laptop sendiri. Kriterianya sih yang penting ringan aja, biar bisa dibawa kemana-mana, kan pekerjaan saya fleksibel, bisa dikerjakan di mana saja dan hanya 20 jam per minggu. Dengan dana terbatas yang saya miliki waktu itu, saya membeli ASUS E202SA, karena laptop itu yang paling worth-the-money. Dengan harga 3-jutaan waktu itu, spesifikasi laptop ASUS ini paling tinggi jika dibandingkan dengan laptop-laptop lain di range harga tersebut.

Sekarang saya sedang berencana untuk meng-upgrade laptop saya. Pengen laptop yang lebih cepat. Pokoknya saya maunya beli merk ASUS lagi, karena awet, affordable dan price point-nya pas untuk spesifikasi produk-produknya. Kali ini saya bukan hanya butuh yang ringan saja, tetapi juga harus tipis, powerful, tahan banting, syukur-syukur kalau desainnya elegan—atau kalau kata anak zaman sekarang mah aesthetic—agar tampak Instagrammable saat di foto. Emang ada? Ya ada lah... ASUS Zenbook S UX391UA jawabannya!

Sekilas tentang ASUS Zenbook S UX391UA


Setelah browsing, menonton banyak video review laptop di YouTube, bertanya kepada teman-teman saya yang lebih mengerti tentang gadget, saya pun memilih ASUS Zenbook S UX391UA. Kenapa?

1. Tipis dan ringan banget
Seperti yang saya tulis di atas, saya ingin sekali mengajak anak saya mengunjungi banyak tempat. Saat saya dan dia berlibur ke tempat yang jauh dari rumah, selain harus membawa pakaian dan perlengkapan kami, saya juga harus membawa laptop saya agar liburan kami lancar dan pekerjaan saya juga tetap jalan terus. Karena itulah saya butuh laptop yang

  • ringan, agar bisa saya bawa kemana-mana, dan 
  • tipis, agar bisa saya jejelin ke tas punggung saya

Enggak kebayang deh saya kalau saat traveling berdua sama anak saya, terus saya bawa laptop tebal dan berat seperti laptop saya yang rusak dulu. Bisa-bisa anak saya digendong di depan, tas punggung berisi baju dan popok di belakang, udah gitu masih harus menjinjing tas laptop besar dan berat... 😭

Oh no... 😥

2. Tahan banting dan tangguh
Saat jejelin laptop ke tas punggung dan bawa banyak barang, rasanya khawatir nggak sih, takut laptopnya rusak soalnya kegencet sana-sini? Apalagi kalau buat dibawa traveling, saat tas ditaruh di bagasi mobil atau bagasi kabin pesawat, bisa aja tidak sengaja ditumpuk benda berat lain. Nah, kalau pakai Asus Zenbook S UX391UA ini, saya tidak perlu khawatir lagi soalnya body laptop ini terbuat dari logam dan sudah disertifikasi dengan standar militer MIL-STD 810G. Saya coba terjemahkan dari Wikipedia:
MIL-STD-810 mencakup berbagai kondisi lingkungan seperti: tekanan rendah pada pengujian ketinggian; paparan suhu tinggi dan rendah (baik ketika dioperasikan maupun disimpan); hujan (termasuk angin kencang dan hujan yang sangat dingin); kelembaban, jamur, kabut garam untuk pengujian karat; paparan pasir dan debu; atmosfer ledakan; kebocoran; akselarasi; guncangan dan guncangan saat dipindahkan; vibrasi tembakan dan vibrasi acak.
Tangguh banget kan? Setangguh seperti exosuit Batman. Jangankan cuma kegencet oleh barang-barang di tas, digencet sama anak saya pun, laptop ini bakalan tetap selamat. Coba tonton video pengetesan MIL-810G di bawah ini deh...

Laptop Asus sedang dites MIL-STD 810G

3. Anti lemot
Saya paling tidak suka sama gadget yang lelet, lambat, lemot, lola dan sejenisnya—bikin saya frustrasi dan kesal sendiri. Seperti komputer di rumah saya di kampung, buat buka Adobe Photoshop sekarang, kursornya muter-muter doang. Kemudian saya tinggal selfie sama anak, kursornya masih muter juga, ditinggal nyuapin anak, belum kebuka juga Photoshop-nya. Keburu anak saya lulus kuliah 😅

Tapi... kalau pakai Asus Zenbook S UX391UA, dijamin enggak bakal mengalami hal itu. Sudah prosesornya Intel Core i7 terbaru (yang clock speed-nya hingga 4.0 GHz), RAM-nya gede banget yaitu 16 GB, media penyimpanannya memakai SSD pula. Menurut storagereview.com, waktu booting SSD 30 detik lebih cepat dari HDD biasa dan kecepatan membuka file-nya 30% lebih cepat daripada HDD. Jadi, dengan spesifikasi yang wow seperti itu, saya bisa bekerja serta edit foto dan video liburan saya dengan lancar jaya. Enggak sambil misuh-misuh dalam hati lagi.

Saat saya mau back-up foto dan video liburan saya pun, saya tidak perlu menunggu lama saat meng-copy file bergiga-giga ke eksternal hard drive saya karena Zenbook ini memiliki teknologi Thunderbolt™ 3 yang dapat mentransfer data dengan kecepatan 40 Gbps. By the way, saya memotret dalam format RAW, jadi ukuran filenya besar. Kadang saya malas backup file karena harus menunggu lama walaupun sudah memakai software seperti TeraCopy.

Pokoknya mah kalau pakai laptop ini  bye-bye lemot... 👋

4. Ergonomis
Asus Zenbook S UX391UA memiliki desain Ergolift. Jadi, kalau laptopnya dibuka, pangkal keyboard juga akan terangkat ± 5,5°. Desain ini membuat mengetik menjadi nyaman. Menurut saya pribadi, desain yang ergonomis seperti ini, akan mengurangi risiko terkena Carpal Tunnel Syndrome. Hal ini tentu saja menjadi poin penting bagi saya yang sehari-hari bekerja menggunakan laptop dan suka menulis di blog ini.
Selain itu, desain Ergolift ini juga menjadikan sistem pendingin laptop menjadi lebih optimal dan performa audio lebih bagus.


5. Memanjakan mata dan telinga
Dengan melihat sekilas saja, sudah kelihatan jika laptop ini bagusss banget, elegan dan tampak mewah. Begitu dinyalakan, layarnya FHD 1920 x 1980 dengan 330ppi dan teknologi NanoEdge. Jadi, piksel-pikselnya tidak kentara. Bahkan, teks kecil di layar pun akan tetap terlihat jelas dan tajam.

Saat liburan, setelah seharian mengajak anak jalan-jalan kesana-kemari, malam hari setelah anak tidur adalah waktunya me time a.k.a. nonton Tayo Netflix sambil sheet mask-an. Kalau nontonnya pakai Zenbook ini, wajah Peter Kavinsky pasti tampak lebih bening. Jadi, nggak sia-sia saya mengatur tampilan Netflix saya ke resolusi tertinggi. Selain itu, layar Zenbook ini juga multitouch dan terintegrasi dengan Windows Ink serta bisa digunakan bersama ASUS Pen. Jadi, saat saya ada orderan kaligrafi modern di Fiverr, saya tidak perlu lagi menulis, lalu memotret tulisan saya lalu meng-trace-nya secara manual di Photoshop. Saya tinggal tulis aja di layar laptop ini.

Selain memanjakan mata, laptop ini juga memanjakan telinga. Speakernya sudah bersertifikat Harman Kardon. Saat diset ke volume maksimal pun, distorsi yang dihasilkan minimum sehingga suara yang keluar tetap jernih.

6. Baterainya awet dan pengisian dayanya cepat
Baterai Zenbook ini tahan hingga 13,5 jam, bahkan lebih lama dari ponsel pada umumnya. Zenbook ini juga support fast charging, hanya dibutuhkan waktu 49 menit untuk mengisi daya 60%. Baterai yang awet ini tentunya sangat berguna banget saat berlibur di daerah yang akses listriknya terbatas atau saat camping.

7. Dari brand ternama dan terpercaya
Saya pernah membeli gadget dari brand yang tidak begitu dikenal di Indonesia, waktu itu saya beli karena harganya sangat murah. Suatu hari, chargernya rusak dan saya mencari di toko-toko gadget di kota saya tidak ada yang jual. Akhirnya saya pre-order chargernya dari Tiongkok, yang 3 minggu kemudian baru sampai di Indonesia. Membeli gadget branded seperti ASUS ini membuat saya tenang jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada gadget saya. Di Bali saja ada 1 ASUS Repair Center, 6 ASUS Authorized Service Partner dan 2 ASUS Collecting Point.

Sumber: channel.asus.com

8. Sudah dapat Windows 10 dan support Alexa
Laptop ini sudah sepaket dengan Windows 10 asli/original/resmi/genuine jadi saya tidak perlu membeli lagi lisensi Windows. Memakai Windows yang resmi membuat laptop kamu lebih aman (secure), stabil, dan selalu mendapat pembaharuan terbaru.

Pernah dengar meme "Alexa, I'm sad please play Despacito..." terus kalian bertanya-tanya siapa sih Alexa? Alexa adalah asisten virtual berbasis cloud dari Amazon yang bisa disuruh-suruh untuk melakukan banyak hal, seperti memutar musik, mengirim pesan, membuat jadwal, memutar acara olahraga bahkan order makanan di gerai makanan tertentu. Saat liburan, setelah seharian capek jalan-jalan, kalau untuk sekadar melakukan task digital sederhana, saya bisa minta tolong Alexa.

Berikut saya rangkum kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh ASUS Zenbook S UX391UA dalam sebuah infografik agar lebih enak dilihatnya.

Keunggulan ASUS Zenbook S UX391A
Sumber gambar laptop ASUS: channel.asus.com

Saya ingin cepat-cepat memiliki laptop ini untuk menemani saya dan anak saya bisa #LiburanASikDenganLaptopASUS dan melakukan hal-hal yang ada di bucketlist kami. Saya juga ingin menggunakannya untuk bekerja, mencari dana untuk membiayai liburan kami, hehe... Gimana, kalian juga tertarik untuk punya laptop ini, kan?


read more

Rahasia Menjadi Pribadi yang Lebih Baik (Review Buku Better Than Before oleh Gretchen Rubin)

December 29, 2018

Review Better Than Before Gretchen Rubin Bahasa Indonesia


Saya tertarik membaca buku ini karena saya merasa overwhelmed dengan kehidupan saya sehari-hari. Menjadi orang tua sekaligus bekerja di rumah bukan hal yang mudah bagi saya. Setiap hari saya harus bangun jam 6 pagi, bekerja, memasak, mengurus anak saya—yang sebentar lagi berumur 2 tahun, membereskan rumah—yang setelah saya bereskan bakal diberantakin lagi 😭 kemudian saya tidur jam 11 atau 12 malam, bangun lagi jam 6 pagi dan begitu terus setiap hari. Di samping kesibukan itu, saya masih memiliki keinginan untuk melakukan hobi dan side project saya. Masalahnya, sudah tahu sibuk gitu, kalau ada waktu, kadang saya malah bermalas-malasan. Oleh karena itulah saya ingin berubah.

Review Gretchen Rubin Better Than Before Bahasa Indonesia
Ebook Better Than Before by Gretchen Rubin

Untuk mengubah diri, yang diperlukan adalah membentuk kebiasaan (selanjutnya saya tulis sebagai "habit") yang baik.  Rubin mendefinisikan habit sebagai perilaku yang dilakukan tanpa sadar (secara otomatis), karena kita melakukan hal tersebut secara berulang-ulang. Jadi, dengan habit, kita enggak perlu mikir lagi untuk melakukan hal tersebut, seperti—kalau saya nih skincare-an setiap malam sebelum tidur. Saya enggak perlu lagi memutuskan "Malam ini aku mau pakai skincare ah," karena hal ini sudah jadi habit saya. Enggak-perlu-lagi-memutuskan (lack of decision making) inilah yang menjadi kunci utama habit.

The Four Tendencies


Sebelum membentuk habit, Rubin mengenalkan konsep Empat Tendensi (The Four Tendencies) untuk mengenal diri kita dengan lebih baik. Dengan mengetahui tendensi kita, kita akan lebih mudah dalam membentuk habit.

1. Upholder
Mereka yang memenuhi ekspektasi internal (dari dalam diri sendiri) dan eksternal (dari luar). Saat merencanakan sesuatu, seorang Upholder akan menanyakan "Apa yang ada di jadwal saya hari ini?"

2. Questioner
Mereka yang mempertanyakan segalanya sebelum memulai sesuatu, "Apa yang harus saya lakukan hari ini dan mengapa?" Questioner memenuhi ekspektasi internal mereka tetapi menolak ekspektasi eksternal.

3. Obliger
Obliger adalah kebalikan dari Questioner. Mereka memenuhi ekspektasi eksternal dan menolak ekspektasi internal. Mereka biasanya menanyakan "Apa yang harus saya lakukan hari ini?"

4. Rebel
Rebel adalah kebalikan dari Upholder. Mereka menolak semua ekspektasi dan bertindak berdasarkan keinginan mereka, "Apa yang ingin saya lakukan hari ini?"

Dari uraian di atas, tendensi yang mana yang sesuai dengan kamu? Jika kamu masih ragu-ragu menentukannya, kamu bisa mengisi kuisnya di sini. Saya sendiri adalah seorang Questioner.

Questioner
Selain keempat tendensi tersebut, Rubin mengakategorikan kita berdasarkan cara kita me-manage waktu, seberapa cepat kita bekerja, perilaku berbelanja, sikap kita terhadap tujuan, simplicity, sikap, familiarity dan preferensi kita dalam membangun habit.

4 Hal Dasar Dalam Membangun Habit


Setelah mengenal seperti apa tendensi kita, Rubin memberitahukan 4 hal dasar dalam membangun habit yang diperlukan untuk mencapai tujuan kita. Di buku ini, Rubin menyebutnya sebagai Pillars of Habit.

1. Monitoring
Misalnya saat kamu ingin mengontrol keuangan kamu. Dengan memonitor pengeluaran kamu secara akurat, kamu lebih mudah untuk mencapai tujuan kamu.
Sebaga contoh, saya memonitor kalori harian saya melalui aplikasi Lifesum, aktivitas dan siklus tidur melalui aplikasi Mi Fit dan gelang Mi Band dan kedisiplinan saya melalui habit tracker di bullet journal saya.

2. Foundation 
Ada 4 fondasi dasar yang harus dibenahi terlebih dahulu yang akan menunjang habit-habit lainnya, yaitu:
  • pola tidur yang baik
  • makan dan minum yang sehat
  • rutin berolahraga, dan
  • merapikan sekitar
Jika keempat hal di atas sudah bisa dilaksanakan dengan baik, maka membangun habit lain akan terasa lebih mudah. Bagi seorang ibu seperti saya, yang paling susah dilakukan adalah memiliki pola tidur yang baik. Oleh karena itu, saya memakai sleep tracker untuk memonitor pola tidur saya dan sedang berusaha untuk tidur paling tidak 7 jam per hari.

3. Scheduling
Dengan membuat jadwal untuk kegiatan tertentu di waktu yang spesifik, membangun habit akan jauh lebih mudah.
Misalnya, setiap sore jam 16.30, saya selalu mengajak anak saya main di luar rumah, entah bermain gelembung, mengamati lingkungan sekitar (anak saya suka mencari ladybug 😊), melukis, dll. Saya sudah lakukan ini selama lebuh dari 6 bulan dan sekarang tiap sore saya sudah tidak perlu lagi memutuskan "Sore ini mau ngajak anak saya ngapain ya?" Aktivitas ini seperti sudah berjalan secara otomatis.
Akan tetapi, seorang Rebel akan sulit untuk melakukan strategi ini.

4. Accountability
Secara harfiah berarti keadaan untuk dipertanggungjawabkan. Karena accountability melibatkan pihak eksternal untuk mengingatkan saat kita tidak menjalankan habit kita, strategi ini akan mudah untuk para Obliger.
Sebelum membaca buku ini, ternyata saya sudah melakukan strategi ini. Saya ikut grup kecil di Facebook yang bertujuan untuk saling mengingatkan antar anggotanya untuk selalu stick pada jadwal olahraga kami.

Best friends grow together

Kapan waktu terbaik untuk memulai?


Jawaban singkatnya adalah SEKARANG. Selain itu, dari dalam diri juga harus ditumbuhkan keinginan untuk berubah. Mulai dari hal-hal kecil, one step at a time.

Keinginan, kemudahan dan alasan


Dalam menjalankan habit, pastinya at some point ada saja rintangan, rasa malas dan godaan. Di buku ini, Rubin juga menjelaskan banyak strategi untuk mengatasinya. Saya tidak akan menyebutkan semuanya karena nanti tulisan saya bisa jadi panjaaang banget. Saya akan menulis beberapa saja yang menurut saya paling mudah saya terapkan (p.s. saya adalah Questioner).

Strategy of abstinence a.k.a. mending enggak usah sekalian. Misalnya saat diet. Dari pada menyimpan sekotak camilan di kulkas yang—rencananya—mau dimakan sedikit demi sedikit saat cheat meals tetapiujung-ujungnya malah over eating, mending dari awal tidak perlu membeli camilan sekalian.

Strategy of inconvenience, dengan memanfaatkan kerepotan. Misalnya saat ingin menghindari keinginan untuk berbelanja online setiap ada sale, logout lah dari semua e-commerce dan hapus autofill peramban kamu.

Review Buku Better Than Before


Saya menyukai diksi Rubin karena sangat mudah dipahami bahkan oleh saya yang bukan _native speaker_ Bahasa Inggris. Hanya saja banyak bagian yang terasa sangat dipaksakan dan tidak perlu untuk dituliskan, seperti saat Rubin  berkali-kali menceritakan tentang pengalam diet rendah karbo-nya. Beberapa dialog antara Rubin dengan teman, saudara perempuan dan kliennya juga mencitrakan bahwa Rubin itu orangnya ngeselin dan suka memaksakan keinginannya kepada orang lain.

Review Better Than Before Gretchen Rubin Bahasa Indonesia
Review Better Than Before


Di bab awal, Rubin mengkategorikan jenis-jenis kepribadian manusia berdasarkan beberapa hal (seperti yang saya tulis di atas) namun klasifikasi ini kurang elaborasi serta kurang dieksplor di bab-bab selanjutnya. Meskipun demikian, saya belajar banyak dari buku ini dan beberapa tips dan strategi  dalam membangun habit yang dia paparkan sangat berguna bagi saya.

Saya merekomendasikan buku ini kepada orang-orang yang kesulitan dalam membangun dan mempertahankan habit yang baik. Saya menganjurkan buku ini untuk dibaca secara skimming.

“We can only build our habits only on the foundation of our own nature."— Gretchen Rubin

Nilai: ★★★☆☆
_______________

Judul: Better Than Before: Mastering the Habits of Our Everyday Lives
Penulis: Gretchen Rubin
Jumlah halaman: 298 halaman
Bahasa: Inggris
ISBN: 0385348614
read more

7 Alasan Mengapa Saya Beralih ke Menstrual Cup

December 16, 2018

menstual cup indonesia


Saya pertama kali tahu tentang menstrual cup atau cangkir menstruasi saat melihat kampanye Loon Cup di Kickstarter. Kira-kira seperti inilah reaksi saya saat melihatnya,

What? Corong kaya gini dimasukin ke vagina?
Masokis macam apa yang menemukan benda kaya gini?

Setelah membaca semua keterangan tentang Loon Cup di laman tersebut serta membaca laman Wikipedia tentang cangkir menstruasi, saya baru tahu kalau ternyata cangkir menstruasi terbuat dari silikon medical grade yang lentur, yang dapat dilipat sebelum dimasukkan ke vagina untuk menampung darah menstruasi.

Cara melipat menstrual cup
Sumber: Pinterest
Cangkir menstruasi ternyata sudah ditemukan pada tahun 1930-an. Pada tahun 1932, cangkir menstruasi yang berbentuk seperti corong ini dipatenkan dengan sebutan vaginal receptacle. Pada tahun 1970-an, Tassaway—sebuah perusahaan dari Amerika Serikat—meluncurkan cangkir menstruasi pertama mereka, sayangnya produk ini gagal di pasaran. Awalnya, cangkir menstruasi dibuat dari latex dan baru pada tahun 2001 cangkir menstruasi silikon pertama kali diperkenalkan oleh Mooncup.

Iklan cangkir menstruasi Tassaway
Sumber: mum.org

Alasan saya beralih ke cangkir menstruasi


Menstruasi selalu menjadi momok mengerikan bagi saya; pangkal paha dan bokong saya lecet dan perih, kram perut, sakit pinggang, jerawat, emosi susah dikendalikan dan nafsu makan yang, hhh, udah kaya babi—apa saja dimakan. Di antara yang lain, lecet-lecet lah yang membuat saya hampir tidak fungsional lagi karena duduk pun jadi enggak enak 😞
Sampai pada siklus menstruasi saya yang lalu, saya akhirnya berpikir “Bodo amat lah, pokoknya aku mau pakai cup aja.”

1. Nyaman
Awalnya saya tidak percaya bahwa memakai cangkir menstruasi akan terasa nyaman apalagi saat memakainya. Ternyata setelah membuktikannya sendiri, saya jadi tahu kalau memakai cangkir menstruasi itu seperti enggak pakai apa-apa. Vulva juga enggak terasa lembab-lembab gimana gitu, enggak seperti saat memakai pembalut.
Bahkan, kadang saya lupa kalau saya sedang mens.

2. Aman
Cangkir menstruasi terbuat dari silikon medical grade dan tentu saja tidak mengandung pemutih seperti halnya tampon dan pembalut. Perlu diketahui, pemutih (klorin) pada jumlah tertentu, pada sebagian orang akan menimbulkan iritasi dan gatal-gatal. Selain itu, bagi pemilik kulit sensitif seperti saya, dengan memakai cangkir menstruasi, saya tidak akan lagi muncul lecet-lecet akibat gesekan pembalut.

3. Irit
Harga sebuah menstrual cup di Indonesia adalah Rp 75.000 – Rp. 800.000. Kok mahal? Eits, tunggu dulu, jika dirawat dengan benar, cangkir menstruasi dapat bertahan selama 5-10 tahun.
Anggap saja pengeluaran per bulan untuk membeli pembalut adalah Rp 25.000, dalam setahun saya menghabiskan Rp 300.000. Pengeluaran untuk pembalut selama 5 tahun berarti Rp 1.500.000. Jika menggunakan cangkir menstruasi seharga Rp 500.000, dalam 5 tahun saya bisa berhemat Rp 1.000.000.

4. Anti bocor (tembus)
Saat cangkir menstruasi sudah dimasukkan ke vagina and sits safely up there, lipatan akan terbuka dan mulai menampung darah menstruasi. Cangkir menstruasi juga tidak akan bergeser atau terlepas. Bahkan saya tetap bisa berolahraga HIIT atau Freeletics Bodyweight tanpa khawatir tembus.

Fiuh...
5. Anti ribet
Cangkir menstruasi bisa menampung darah hingga 10-12 jam (untuk flow normal), jadi saya hanya harus mengosongkannya sekitar 2-3 kali sehari. Berbeda dengan pembalut yang harus saya ganti 3-5 kali sehari.
Saat mengosongkan cangkir menstruasi pun saya hanya perlu mengambilnya, membilas dengan air bersih atau wipes yang tidak mengandung alkohol dan pewangi atau saat mengosongkannya di rumah, saya bisa mencucinya dengan sabun yang mild.

6. Ramah lingkungan
Karena cangkir menstruasi bisa digunakan kembali berkali-kali, bahkan untuk 5-10 tahun, saya tidak perlu membeli banyak pembalut atau tampon sekali pakai yang sampahnya susah banget untuk diurai oleh alam.

7. Ringkas
Karena ukurannya yang kecil, cangkir menstruasi tidak banyak memakan tempat. Apalagi saat dibawa ketika traveling.

Saya juga mau dong beralih ke cangkir menstruasi


Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan sebelum kamu membeli cangkir menstruasi.

1. Ukuran
Biasanya, ukuran cangkir menstruasi ada 2, yaitu S dan L. Beberapa merk menyarankan memilih ukuran berdasarkan umur dan apakah pernah melahirkan per vaginam atau secara cesar. Ada juga merk yang bilang bahwa kedua hal tersebut tidak penting karena kekuatan otot pelvis tiap wanita berbeda.
Untuk saya pribadi, saya memilih dengan mengisi kuis ini.

2. Harga
Karena harganya juga tidak murah, sebaiknya sesuaikan dengan budget kamu. Akan tetapi, tetap pilih dengan bijak karena cup ini akan kamu gunakan di genitalia kamu.
Jika kamu kerasa cangkir menstruasi branded seperti Ruby cup, Lena cup, Yuuki, Moon cup, Diva cup, dll harganya terlalu mahal setelah masuk ke Indonesia, kamu bisa membelinya melalui jasa titip di situs seperti Airfrov.

3. Untuk kamu yang menggunakan IUD
Sebaiknya konsultasikan dengan dokter obsgyn dulu. Pastikan letak IUD kamu tidak bermasalah dan pastikan benang IUD kamu tidak terlalu panjang. Walaupun sangat jarang terjadi, saya pernah baca di forum online, ada wanita yang IUD-nya ikut terlepas saat dia melepaskan cangkir menstruasinya.
Saya sendiri menggunakan IUD dan cangkir menstruasi tanpa ada masalah.

Jadi gimana, kamu tertarik beralih ke cangkir menstruasi juga?


read more

Tampil Menarik dengan Rabu Cantik Bersama Blibli.com

June 25, 2015

Kita pasti sering mendengar pernyataan bahwa penampilan bukan lah segalanya. Yup, pernyataan tersebut tidak salah. Selain penampilan, kualitas seseorang juga dinilai dari sikap, pemikiran, kecerdasan dan bahasa tubuh. Namun, jangan salah, walaupun memang penampilan bukanlah segalanya, penampilan seseorang memiliki peran penting dalam berbagai hal, misalnya dalam melamar pekerjaan.



Pada saat interview, penampilan yang baik dan menarik menunjukkan profesionalitas seseorang, terutama bagi mereka yang akan bekerja dan berhubungan secara langsung dengan customer atau klien. Bahkan, menurut survei yang dilaksanakan pada tahun 2006 oleh National Association of Colleges and Employers kepada para pengusaha, 73% responden berpendapat bahwa penampilan seseorang memiliki berpengaruh sangat besar, 21% menyatakan sedikit berpengaruh dan hanya 6% dari total responden menyatakan bahwa penampilan tidak  memiliki pengaruh apapun. Selain itu, menurut Urban Tech, menjaga penampilan merupakan cara yang efektif dalam menunjukkan citra yang positif, memperkuat hubungan interpersonal dan meningkatkan peluang untuk sukses di masa depan.


Nah, bagi para wanita, termasuk saya hehe, menjaga penampilan bukan hal yang mudah dan murah. Di samping itu, para wanita yang bekerja full-time, seperti saya juga sering tidak mempunyai
read more
newer post older post
Subscribe to: Posts (Atom)

Labels

aktivitas anak 3 tahun (1) Arts (1) beauty (1) Blog Competition (3) Featured (5) Health (1) ide bermain anak 3 tahun (1) parenting (1) Reading (2) Reviews (2) Shopping (1) Well-being (1)

Browse the Blog

Archive

  • April 2020
  • March 2019
  • February 2019
  • January 2019
  • December 2018
  • June 2015
  • November 2014
  • April 2014

Featured

Bermain Berjualan Es Krim Sambil Mengenal Angka dan Warna (BONUS: Free Printable Kit)
Hai, apa kabar? Buat teman-teman yang #dirumahaja atau yang, mau tak mau, tetap keluar rumah karena tuntutan pekerjaan, semoga sel...

About

About
Work-at-home mom, bullet journalist, bibliophile, craftier, nerd and skincare enthusiast. Listens to psychedelic and ambient music.

Proud Member Of

bloggerperempuan.co.id

beautynesia blog

Kumpulan Emak Blogger

Powered by Blogger.

Popular Posts

  • Skincare Rutin Untuk Pemula (Mengenal CTMP + Tips Membeli Skincare)
  • "Traveling with A Purpose" Bersama ASUS Zenbook S UX391UA
  • Cara Saya Mengatur Hidup (Review Buku The Bullet Journal Method oleh Ryder Carroll)
  • 7 Alasan Mengapa Saya Beralih ke Menstrual Cup

follow @captainpitha on instagram

© Pitha's Blog | Self Development | Bullet Journal Indonesia.
Theme by dulcet sight.